1) Orang-orang mengikuti kita karena apa yang sudah kita lakukan untuk mereka
2) Orang-orang mengikuti kita karena siapa diri kita
Artinya, 2 level pengaruh tertinggi diraih saat kemurahan hati dan kepercayaan mengelilingi perilaku kita.
Prinsip dasar ketika berhubungan dengan orang lain diantaranya, menghindari kebiasaan salahkan - omeli - kritik, tetapi bicara sesuai dengan minat orang lain. Bicara sesuai dengan minat orang lain bukan berarti mengganti minat kita dengan minat orang lain. Lalu, kalau kita salah maka segera akui dengan simpatik. Prinsip ini mengingatkan kita untuk mempertimbangkan kebutuhan orang lain sebelum bicara. Selain itu, pada akhirnya prinsip ini menantang kita untuk dapat meningkatkan pengaruh kita dalam kehidupan orang lain melalui kebiasaan mengekspresikan hormat, empati dan kebaikan hati, bukan dengan menunjukan kecakapan diri atau manipulasi. Imbalan yang didapatkan yaitu berupa pertemanan yang kaya dan berkelanjutan, kepercayaan ataupun kepemimpinan yang menarik.
2 Poin kunci untuk menaruh minat pada minat orang lain:
1) Hubungan manusia selalu lebih mudah apabila dimulai dengan rasa suka.
2) Potensi untuk konektivitas relasional itu sangat besar.
Intinya adalah, sebelum kita mengharapkan orang lain tertarik pada kita, maka kita harus menjadi benar-benar tertarik pada orang lain. Kita senang apabila orang menyukai kita, maka kita juga perlu menunjukkan rasa suka pada hal-hal yang orang lain katakan dan lakukan.
Kemudian, perlu diingat meskipun selalu ada sesuatu yang bisa dipuji dari orang lain, kita juga memiliki sesuatu yang selalu bisa dipuji dari diri kita sendiri. Ada ungkapan pepatah yang berbunyi "kamu akan dihakimi dengan caramu menghakimi orang lain; kamu akan dinilai sesuai dengan standar yang kamu gunakan saat menilai orang lain".
Untuk mempengaruhi orang lain, pertama-tama kita harus berhubungan dengan keinginan/kebutuhan inti yang mereka rasakan. Selain itu, ada satu hal yang pasti: ketika kita berusaha untuk mempengaruhi seseorang agar berubah dengan berulang kali menunjukkan kesalahan-kesalahannya, maka tidak akan banyak hasil yang bisa kita dapatkan. Tapi ketika kita justru mulai mengingatkan dirinya pada kepribadian seperti apa yang bisa direngkuhnya- berupa sejarah kebaikannya, kesuksesan dan wawasan orang tersebut meskipun sejarah tersebut singkat- maka sesuatu dalam dirinya akan mulai bangkit. Dia akan mulai melihat sosok macam apa yang masih bisa direngkuh oleh dirinya, tidak peduli sosok seperti apa dirinya selama ini.
Hal tersebut sejalan dengan kalimat yang dituturkan oleh Ralph Waldo Emerson dalam esainya yang berjudul "Goethe: or, the Writer", yaitu "ketika kita memperlakukan seseorang sesuai dengan seperti apa dirinya, kita menjadikannya lebih buruk dibandingkan dirinya saat ini. Tetapi, jika kita memperlakukan orang tersebut seakan-akan dia sudah mencapai potensinya, kita menjadikannya dirinya yang seharusnya".
Perlu diketahui, bahwa perubahan sejati lahir dari sentuhan interpersonal yang mengenai bagian terdalam dari diri seseorang.
Orang yang berbicara dengan semangat menghormati dan menjelaskan kebaikan tanpa berlebihan akan selalu mendapatkan lebih banyak teman dan mempengaruhi lebih banyak orang untuk kemajuan yang positif, jika dibandingkan dengan orang yang berkomunikasi melalui kritik, omelan dan sikap menyalahkan.
Harry Overstreet dalam bukunya, Influencing Human Behaviour menuliskan "lembut dalam sikap, kuat dalam tindakan".
"Tindakan muncul dari apa yang benar-benar kita inginkan" Kalau kita punya keinginan tapi minim tindakannya, tanya lagi sama diri sendiri apakah kita benar-benar menginginkannya?
Kemudian, ketika kita tersenyum, kita memberitahu orang lain kalau kita bahagia bersama mereka, bahagia bertemu dan berinteraksi dengan mereka. Sebagai balasannya yaitu mereka juga bahagia karena berurusan dengan kita. Selain itu, dengan menyimak, kita mendapat kekuatan untuk mengubah hati dan pikiran. Menyimak juga merupakan kekuatan untuk memberikan apa yang sangat diinginkan orang lain - untuk didengar dan dimengerti.
Komentar
Posting Komentar