Young Nutritionist Program: Nutrition For Social Change In Indonesia

 

Hari ini mengikuti pertemuan pertama Young Nutritionist Program. Kali ini pembahasannya mengenai "Nutrition For Social Change In Indonesia".  Ada beberapa pembahasan menarik yang didapatkan selama kegiatan berlangsung. 

Mungkin hal yang sering dipertanyakan banyak orang, seperti "kenapa SDM Indonesia sulit untuk diajak maju?". Maka akan ada jawaban muncul seperti kurangnya self-control, kurangnya literasi, memiliki kebiasaan tidak baik, bahkan malas. Salah satu contohnya, berdasarkan riset Stanford University, Indonesia menjadi peringkat pertama negara paling malas jalan kaki sedunia. Mereka hanya berjalan sekitar 3,513 langkah perhari, sedangkan rata-rata global yaitu 5,000 langkah. 

Namun, jawaban dasar dari pertanyaan mengapa SDM Indonesia sulit untuk diajak maju adalah karena Indeks Pembangunan Manusia RI yang rendah, yaitu ke 107 dari 189 negara (UNDP, 2020). Salah satu indikator SDM dilihat dari harapan hidup. Faktor yang mempengaruhinya banyak, salah satunya kesehatan. 

Ada 3 masalah utama yang dapat menjadi lingkaran tak berujung, diantaranya:

1.   Kesehatan dasar

Peringkat Indeks Kesehatan Indonesia adalah yang ke 5 di Asia Tenggara (ADB, 2020). Saat ini, penyakit degeneratif jumlahnya semakin meningkat dan merupakan penyakit penyebab kematian nomor 1 di Indonesia. Selain itu, kita juga dapat merasakan bahwa biaya pengobatan tidak murah, sehingga tidak semua masyarakat dapat mengaksesnya. Menurut WHO (2017) 800 orang menghabiskan 10% anggaran rumah tangga untuk biaya kesehatan.

2.   Kebodohan/ cognitive gap

Kebodohan dapat disebabkan karena kualitas SDM yang rendah. Rendahnya kualitas SDM dikarenakan kemampuan kognitif yang buruk, memiliki penyakit degeneratif dan juga produktifitas kerja yang rendah. Menurut PISA (2009) Indeks Pendidikan di Indonesia menempati posisi ke 6 terbawah. Kemudian, pada tahun 2021 US News and World, BAV Group dan Warton School of the University of Pennsylvania melaporkan hasil peringkat pendidikan pada “Laporan Negara Terbaik Tahunan” yang menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke 54 dari 78 Negara.

3.   Kemiskinan

Kesehatan yang buruk dan rendahnya kualitas SDM menjadi salah satu faktor kemiskinan. Menurut data BPS (2020) jumlah penduduk miskin di Indonesia meningkat semenjak masa pandemi menjadi 27,55 juta (10,19%).

 

    Masalah gizi menjadi salah satu akar masalah SDM. Setiap negara di dunia mengalami permasalahan gizi, namun tingkatnya berbeda-beda. Menurut Global Nutrition Report (2018), 22,2% (150,8 juta) balita di dunia mengalami stunting, 7,5% (50,5 juta) orang mengalami wasting atau kurus, dan 5,6% (38,3 juta) orang mengalami overweight atau gemuk. Indonesia menjadi negara dengan stunting tertinggi ke 5 sedunia, dan peringkat ke 4 obesitas sedunia. Permasalahan tersebut memicu terjadinya penyakit tidak menular. 

    Permasalahan gizi dapat menyebabkan multiplier effect. Ketika seseorang mengalami malnutrisi, dapat terlihat adanya kerontokan rambut, masalah kulit dan kuku, kurang fokus, mudah lelah, sulit tidur dan hilang massa otot. Namun, hal-hal yang sebenarnya terjadi adalah, imunitas tubuh yang terganggu, pertumbuhan sel tubuh tidak optimal, mudah terkenan penyakit degeneratif, penurunan kemampuan kognitif, rentan terkenan masalah kesehatan mental, dapat menyebabkan stunting, penurunan produktifitas kerja, daya ingat yang rendah, menurunnya daya saing dan produktifitas kerja, menurunnya kualitas pembangunan manusia, peningkatan pengangguran dan penyebab kemiskinan. The Lancet (2019) menyebutkan bahwa 1 dari 5 kematian di dunia disebabkan karena buruknya pola makan. Maka dari itu, kita perlu memperhatikan apa yang kita konsumsi.

Komentar