Aku baru aja nyelesein novel Tere Liye yang keluar beberapa bulan lalu, judulnya "Sesuk". Buku ini memberikan kita pandangan dan pelajaran tentang bagaimana peran orangtua bisa mempengaruhi kondisi anak-anaknya. Aku akan ceritain gambarannya dulu dan diakhir baru rangkum kesimpulannya.
Buku ini menceritakan sebuah keluarga yang pindah dari kota ke perdesaan. Keluarga itu terdiri dari 3 anak, Gadis, Bagas dan Ragil. Ayah mereka merupakan pengusaha besar dan sang ibu merupakan penyanyi dan artis terkenal. Orang tua mereka sangat sibuk. Untungnya Gadis yang masih berusia 12 tahun tumbuh jadi remaja yang baik, dan pengertian. Hal yang membuat mereka pindah adalah kejadian jatuhnya anak bungsu dari lantai 2. Untungnya ia tertangkap dalam keranjang berisi baju cucian yang sedang dibawa oleh bibi. Saat kejadian itu terjadi, sang ayah langsung pulang ke rumah menenangkan ibu yang menangis merasa bersalah karena pada saat itu sibuk dengan handphonenya dan tidak memperhatikan si bungsu.
Ketika mereka pindah, ayah berkata kalau ia akan mengurus bisnisnya dari rumah dan ibu akan vakuum sementara dari kegiatan acting-nya hingga Ragil masuk sekolah. Dengan begitu mereka dapat lebih fokus dengan anak-anaknya, tidak terlalu sibuk seperti dahulu. Bulan pertama dan kedua, ayah dan ibu selalu ada untuk anak-anaknya. Menemani makan, belajar dan bermain. Gadis sebenarnya bertanya pada dirinya sendiri, kalau ayahnya ada setiap hari di rumah dan selalu bersama mereka apakah sebenarnya ayahnya masih bekerja? dan ternyata ayahnya bekerja ketika malam hari ditemani ibu. Ibu juga sudah tidak menggenggam handphone sejauh ini.
Memasuki bulan ketiga, ayah bilang kalau ia perlu pergi ke kota beberapa kali dalam seminggu karena ada urusan bisnis yang harus diurus. Makan pagi bersama terkadang tidak lengkap lagi. Ibu juga mulai menggunakan handphone kembali. Saat makan pagi bersama tanpa ayah, ibu bilang kalau ia mendapat tawaran peran yang sangat ia inginkan, dan bilang kalau ini bisa jadi tidak akan datang dua kali.
Gadis berpikir kalau dia gak bisa lagi paham dengan cara berpikir orang tuanya. Apa mungkin orang dewasa memang cepat berubah? Bukannya 3 bulan lalu ibu bilang ia akan kembali shooting kalau Ragil sudah sekolah? Tapi, lihat, baru tiga bulan ibu sudah lupa kalimatnya sendiri.
Gadis mencoba kembali memahami dan berkata ia tidak apa-apa dengan hal itu, tapi adiknya Bagas keberatan. Ayah dan ibu kembali sibuk, terkadang pulang malam hari dan pergi pagi hari. Gadis yang dahulu di kota sudah terbiasa dengan hal itu merasa ia bisa memaklumi. Ia merasa tidak ingin menambah beban orang tuanya dengan merajuk. Tetapi ada yang berbeda dari sikap Bagas. Pada suatu hari Bagas menghilang dari siang hingga malam. Gadis mencari adiknya. Warga desa juga ikut membantu. Ayah dan ibu yang tahu kabar tersebut langsung bergegas pulang ke rumah. Gadis akhirnya menemukan Bagas di lantai atas (keluarga itu tidak menempati lantai atas). Ia berkata bahwa orang tuanya bukanlah orang tua asli. Ia tidak mau bertemu ayah dan ibunya, mengunci kamar dan hanya mau berbicara dengan Gadis.
Ayah dan ibu terkejut dengan sikap Bagas. Kemudian, mereka sepakat mendatangkan Dokter Sesuk, psikiater yang akan membantu menyelesaikan permasalahan keluarga mereka. Dokter Sesuk mulai melakukan sesi terapinya dengan meminta ayah, ibu dan Gadis menanggapi beberapa pertanyaannya.
Dokter Sesuk bertanya, "mengapa ayah memutuskan aktif bekerja lagi?"
Ayah bilang kalau ada permasalahan di pengiriman barang, kapal kontainer terlambat sehingga stok menipis.
Kemudian Dokter Sesuk bertanya pada ibu tentang ia yang kembali memutuskan mengambil peran di film tersebut.
Ibu seketika menangis dan bilang "itu salahku, itu salahku semua, dokter"
Dokter Sesuk dengan tegas berkata "Kita sedang mencari solusi, Bu. Bukan sedang menyalahkan siapapun. Jadi kenapa ibu kembali memutuskan mengambil peran di film tersebut, padahal sebelumnya berjanji baru akan kembali bekerja saat Ragil masuk sekolah?"
Gadis justru yang menjawab. Ia bilang kalau peran itu tidak datang dua kali pada ibunya. Ibunya akan mencari tantangan baru dalam karirnya, dan itu merupakan pekerjaan ibunya. Ia bilang ia bangga dengan ibunya yang merupakan pemain film terbaik dengan banyak penghargaan.
Dokter Sesuk bertanya lagi pada Gadis, "Apa ibumu pernah sekali bertanya apakah kamu keberatan?"
Gadis menggeleng.
"Apa kamu pernah sekalipun protes? Mengeluh soal ayah dan ibumu yang sibuk bekerja?"
Gadis menjawab "Aku tidak pernah bertanya, tidak pernah protes karena aku tidak mau merepotkan siapapun, aku ingin membantu.."
Kemudian, sesi pertama itu berakhir dengan ibu yang memeluk Gadis dan meminta maaf.
Dokter Sesuk mendiagnosa kalau Bagas mengalami trauma akibat perubahan drastis, yang awalnya ayah ibunya selalu hadir tapi kemudian sibuk kembali dengan pekerjaannya.
Sesi terapi antara keluarga tersebut dan Dokter Sesuk memberikan banyak pelajaran tentang "keluarga". Ketika orang tua sangat sibuk, anak-anak merindukan menghabiskan waktu bersama. Tidak semua anak bisa menerima. Anak bisa juga menjadi protes, marah-marah saat orang tuanya pergi. Maka mulailah muncul kenakalan-kenakalan yang dia lakukan, untuk mencari perhatian, agar orang tuanya bisa pulang ke rumah. Jadi, intinya hal yang mungkin kita anggap bukan suatu masalah, ternyata bisa jadi masalah.
Dokter Sesuk bilang kalau anak-anak itu membutuhkan orang tuanya sebagai teladan. Yang bisa menanamkan pemahaman, dan mengembangkan karakternya. Trauma di masa kecil dan kejadian buruk yang dia alami saat kecil bisa membawa luka jangka panjang. Luka itu tidak terlihat tapi itu bisa memengaruhi banyak hal. Jadi, memang perlu memberikan komitmen terbaik. Waktu akan terasa cepat, dan tiba-tiba anak sudah tumbuh besar. Padahal bisa jadi orang tua akan merindukan masa kanak-kanak anaknya. Maka, orang tua perlu menemani anak sehingga mereka bisa punya masa kecil yang indah. Dari kenangan indah itu, anak bisa mengubah dunia menjadi lebih baik.
Kisah di novel ini juga dibungkus dengan misteri-misteri jadi bakal seru kalau baca sampe habis!
Komentar
Posting Komentar